Photo ke 1 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 2 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 3 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 4 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 5 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Minggu, 20 Januari 2013

Upss!! Ulil Mendadak Insyaf, Mengaku Salah


Aktifis Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla akhirnya mengakui kesalahannya yang menyebut dalam kicauan kontroversialnya bahwa hukum Islam merugikan perempuan dalam kasus pemerkosaan setelah Salim A Fillah, seorang ustadz, meluruskan kicauannya itu.

Seperti diberitakan, pada Selasa 15 Januari 2013 lalu, salah satu pimpinan Partai Demokrat ini, membuat sebuah statemen kacau tentang Islam dan pemerkosaan.

Pada akun twitternya, Ulil berkicau "Terus terang, hukum Islam 'gagap' menghadapi fenomena pemerkosaan ini. Akibatnya, yang jadi korban perempuan."

Setelah tweet 'gagap' itu menyebar, banyak pihak yang terpanggil untuk mengklarifikasi pernyataan pentolan JIL tersebut. Hal ini tidak berlebihan, mengingat twitterland memungkinkan sebuah pendapat bisa diakses oleh siapa saja. Jika dibiarkan bisa jadi akan membuat banyak orang salah paham terhadap tata hukum Islam.

Salim A.Fillah (arrahmah)
Salah seorang yang ikut merespon tweet Ulil adalah Ustadz Salim A Fillah. Dengan gaya bahasanya yang khas, sopan lagi halus, Ustadz Salim mengkounter pandangan Ulil tersebut. Berikut penjelasan Ustadz Salim A Fillah terkait pernyataan Ulil:

"Semoga Gus @ulil yang 'alim atas perkara ini berkenan memeriksa; perkosaan di masa 'Umar terjadi karena seorang pemuda menyamar jadi wanita."

Seorang wanita tua menitipkan anak berpakaian perempuan pada si calon korban; yang meski tak berjenggot ternyata lelaki baligh adanya. @ulil

Jadi kesimpulan kami yang bodoh & kurang teliti ini; 1) Perkosaan itu kasus langka; tapi ada pembahasan & penyelesaiannya dalam atsar. @ulil

Simpulan 2) Ia langka terjadi pada masa Rasul & Khulafaur Rasyidin sebab keterjagaan Jilbab & Hijab yang tertata sekaligus membudaya. @ulil

Simpulan 3) Maka demikianlah sifat asal Syari'ah yang indah; menjaga sebelum terjadi, mencegah agar tak perlu ada, & menutup celahnya. @ulil

Simpulan 4; maka dengan asas itu jua had aneka pelanggaran ditetapkan berat dengan syarat rumit; sebab tujuan aslinya bukan menghukum. @ulil

Simpulan 5; Qur'an hadir mendidik jiwa dengan pemahaman sempurna akan kecenderungan & sifatnya; maka 'delik akuan' lebih sering muncul. @ulil

Simpulan 6; di masa 'Umar, perkosaan itu bukan di jalanan, melainkan penyusup di rumah; menunjukkan penjagaan hijab sangkil & mangkus. @ulil

Simpulan 7; maka dalam iman kami yang sering compang-camping oleh maksiat diri; tetap ada keyakinan, aturan-Nya menjaga & memberkahi… @ulil

Demikian; tertatih oleh sempit wawasan & dangkalnya pemahaman; kami berlancang hati menanggapi Gus @ulil; moga membuka pintu ilmu tuk kami…

Shahih Gus @ulil; kita mendapati hal ini dalam banyak aqwal para 'Ulama. Ibn 'Abdil Barr dalam Al Istidzkar misalnya menulis.

"Para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan tindak perkosaan berhak mendapatkan hukuman had jika terdapat bukti atau pelaku mengakuinya."

Tapi beliau menambah, "Jika TIDAK, tertuduh pelaku berhak mendapatkan HUKUMAN DALAM BENTUK LAIN." @ulil

Syaikh @almonajjid mensyarah hal ini, "Jika tak terdapat bukti yang menyebabkan dia berhak mendapat hukuman had; karena dia tak mengakui atau tak ada 4 saksi atau penunjuk yang dikuatkan ahli (misal tes DNA sperma pelaku di tubuh korban), maka diselenggarakan pengadilan Ta'zir tuk menjatuhkan hukuman yang menjerakan bagi tertuduh maupun calon pelaku lain." @ulil

Keterangan ini; dengan memasukkan unsur bukti penunjuk teknologi & ahli; sebagaimana dalam hal lain, Fiqh menerima sains. @ulil @wartanu

Berlapis pula jeratannya dengan; andai lolos dari pembuktian pun, si pelaku masuk pengadilan Ta'zir untuk HUKUMAN LAIN. @ulil @wartanu

Imam Al Baji dalam Al Muntaqa Syarh Al Muwaththa menguatkan Madzhab Maliki, Syafi'i & Hambali tentang denda setara mahar. @ulil @wartanu

Dan tambahan catatan; perkosaan dengan ancaman senjata masuk ke jinayah berganda; had zina & hukuman perampokan berat. @ulil @wartanu

@elmonajjid mengacu (QS 5: 33) menegaskan hukuman tambahan itu; salib, bunuh, potong tangan-kaki menyilang & pembuangan. @ulil @wartanu

Demikian kami nan faqir ilmu ini memberanikan diri menanggapi; selalu berharap bertambah pemahaman dari penjelasan Gus @ulil @wartanu.

Setelah memperoleh pandangan dari Ustadz Salim, akhirnya Ulil pun mengakui kesalahannya, dengan menyatakan, "Saya keliru mengatakan bhw dlm fikih klasik sama sekali tak dibahas soal pemerkosaan. Pembahasan mengenai itu ada."

Alhamdulillah, Allah SWT membukakan mata-hati Ulil. Mungkin tweet-tweet Ulil yang lalu juga akan segera diralat jika ada orang alim yang mau meluruskan. Sebagai misal Ulil pernah berkicau bahwa "Kelompok Tarbiyah" telah mempraktikkan Islam secara over dosis.

Tulisan Ulil banyak dibaca orang, mengingat followernya juga banyak. Umat berharap kepada para Ustadz yang oleh Allah dikaruniai keluasan ilmu, untuk ikut mengimbangi kicauan JIL dan aktivis liberal lainnya.

Dengan mengakui kesalahannya, hingga dua kali, ini menjadi terbukti, bahwa Ulil sering berbicara tanpa diawali dasar yang kuat. Perlu diluruskan.

“Mengapa Ibu Memilih Islam?” Ibuku menjawab, “Bacalah Injil dari halaman ke halaman”

KISAH saya bermula pada tahun 1979. Kisah dimana saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sangat religius. Sebelum memeluk agama Islam, keluarga kami menganut Ortodoks Katolik Roma. Keluarga amat memahami dan secara aktif terlibat dalam urusan gereja. Kami punya pendeta, biarawati dan misionaris sebagai bagian dari keluarga kami. 

Kakek saya merupakan pendiri gereja di Kerala, India. Keluarga saya berpegang kepada idealisme. Kami mencintai Pencipta kami walaupun telah menyimpang dari jalan benar, dan senantiasa berusaha untuk menjadi insan yang baik. 

Kami bangga dengan diri kami sebagai orang-orang yang beriman dan yang terbaik di kalangan kami ialah ibu kami. Dalam banyak hal ibu kami dijadikan sebagai model terbaik untuk wanita-wanita lain oleh pendeta kami. Ibu kami adalah model bagi wanita Kristiani. Dia membaca injil secara rutin dan mengamalkan agama ini dengan sungguh-sungguh.

Untuk memulai kisah, ibu saya memiliki beberapa pengalaman spiritual yang menimbulkan rasa tidak puas hati dengan agama kristen. Dia mengalihkan pandangannya kepada Injil untuk mendapatkan jawaban. Sayangnya ia hanya membawanya lebih jauh dari apa yang dianggap mulia baginya. 

Pada masa tersebut, seorang pengacara bermana Ibrahim Khan bekerja dengan ayah dan ibu saya sebagai penasihat legal, itupun dalam jangka masa yang singkat karena pengacara kami libur, sementara ayah dan ibu saya memerlukan nasihat berhubung masalah bisnis. 

Sebagai seorang muslim yang berpengetahuan, dia telah memperkenalkan Islam kepada ibu saya dan beberapa pekan setelah itu, ibu saya memeluk agama Islam. Ketika itu usia saya sekitar 13 tahun.

Kondisi saya agak membingungkan, sebab saya adalah anak sulung. Keluarga saya berpisah karena ibu saya merasakan bahwa perkawinan tersebut telah menjadi kosong dan sia-sia. Saya membenci Islam karena saya yakin Islamlah yang menyebabkan perpecahan terjadi dalam keluarga saya. Ayah saya juga akhirnya meninggalkan kami. Sekalipun demikian, anehnya, saya amat suka dengan suara azan.

Pada waktu itu saya membenci Islam dan saya bisa menjadi apa saja selain muslim. Sekalipun demikian, saya amat menghormati dan mencintai ibu saya. Saya sungguh-sungguh tidak faham kenapa ia bisa berubah begini. 

Saya ingin sekali memahami kenapa ia memilih Islam, sebagai seorang perempuan yang berpendidikan, lalu memilih agama kuno semacam Islam. Suatu hari saya bertanya kepadanya, jawaban yang diberikan sangat mudah. "Bacalah Injil dari halaman ke halaman."

Dari situ dimulailah perjalanan spiritual saya. Benar, saya masih muda, tetapi Tuhan telah memberikan saya kedewasaan untuk memahami apa yang saya baca. Saya menemui begitu banyak sekali inkonsisten dan kontradiksi dalam Injil. Saya menemui perkara-perkara yang disebutkan dalam Injil, tetapi tidak dipatuhi oleh umat Kristen. 

Saya juga menemui perkara-perkara yang saya rasakan tidak masuk akal. Saya menemui persyaratan perjanjian yang tidak dipatuhi. Lebih aneh lagi, saya bahkan menemui ayat yang menyebutkan tentang Nabi Muhammad Saw. Tetapi saya begitu keras kepala dan enggan untuk menerima kebenaran ketika itu.

Saya tetap mempelajari Kristen dan mula mempelajari perbandingan agama tetapi mengelakkan diri dari mempelajari Islam. Pada waktu-waktu itulah ibu saya mengirimkan saya surat dan terjemahan al-Ikhlas dan ia menjadi satu daya tarik yang kuat bagi saya. 

Saya membaca terjemahannya sepanjang hari dan berulang-ulang kali. Ia menjadi seperti tasbih buat saya. Sehingga pada akhirnya tidak ada lagi ayat atau kata-kata lain yang bisa memuaskan hati saya. Akhirnya saya berpaling pada al-Quran dan benar-benar terpesona dengan keindahannya!. Inilah kebenaran yang selama ini saya cari!.

Di sini semua persoalan saya terjawab! Saya tahu bahwa saya telah menemukan nasib saya. Saya telah mempelajati Islam selama 2 tahun dan saya benar-benar bersyukur. Ketika itu usia saya sekitar 15 tahun.

Saya memeluk agama Islam di Bandara Bombay! Ketika itu saya ke bandara untuk menjemput ibu saya dan saya ingin ia menyaksikan keislaman saya. Ia mengaku bahwa dia telah berdoa supaya saya diberikan hidayah, supaya saya dia tidak menerima bantuan, saya akan menjadi pendukungnya. Allah telah mengaruniakan anugerah-Nya. Allahu Akbar.

Pada masa itu, saudara lelaki dan perempuan saya masih muda untuk mengikuti jejak langkah saya dan menerima Islam. Kami terpaksa berhijrah ke Bombay, kami bimbang ada orang tertentu yang akan memisahkan kami tiga beradik dengan ibu kami. Kami yakin bahwa jika kami berada di Kerala, kami tidak akan dapat mengamalkan ajaran Islam. 

Hanya dengan berhijrah ke Bombay, masalah ini dapat diatasi. Masya Allah! Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Umat Islam di sini menyambut kami dengan tangan terbuka.

Kami belajar bahasa Arab. Kami menamatkan pelajaran dan kini kami juga mempunyai rumah. Alhamdulillah. Ayah kami juga akhirnya pulang ke pangkuan kami, walaupun ia masih lagi menganut agama Katolik Roma. Sekalipun demikian, kami tetap sayang padanya dan ini juga merupakan bagian dari keputusan yang kami buat bersama. 

Ia juga mempelajari Islam dan amat menghormati agama, cara hidup dan apa yang kami amalkan. Ia menjadi tonggak pembantu kami dan walaupun ia sendiri tidak memeluk agama Islam, ia telah membesarkan kami tanpa mencampuri urusan agama kami. 

Ia sering melindungi kami dan senantiasa berada di sisi kami. Karana masih banyak anggota keluarga kami yang masih memusuhi Islam, walaupun mereka terpaksa menerima bahwa kami akan tetap memegang agama Islam. InsyaAllah. Memang ada kalanya kami masih menerima e-mail menyuruh kami kembali menjadi kristian. Tapi hal ini semakin berkurang belakangan ini.

Baru-baru ini kami pulang ke Kerala untuk menemui kakek dan nenek kami. Memang kami rasakan gembira mengunjungi tempat kami dibesarkan. Kami kuat dengan iman yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kami dan Alhamdulillah, Tuhan telah memberikan kami kekuatan untuk menghadapi semua pancaroba ini. Mungkin satu hari nanti kami bisa pula mendirikan sebuah masjid dan pusat pengajian Islam di sini. Insya Allah.