Photo ke 1 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 2 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 3 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 4 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Photo ke 5 MUA

Koleksi photo Muhammad Umar Adh Dhuhaa

Sabtu, 25 Agustus 2012

Kisah Nyata di AS: Perampok jadi Mualaf, Setelah Merampok Toko Seorang Muslim Amerika


Mohammad Suhail, memperlihatkan Surat yang dikirim sang perampok.


Ini kisah nyata dan terjadi di Amerika. Seorang pemilik toko yang sedang menjaga tokonya masuk dalam tajuk utama pemberitaan di berbagai media masa dan elektronik setelah pertemuan tidak terduga dengan seorang perampok yang bersenjatakan pemukul baseball masuk ke tokonya. Uniknya, dalam kejadian tersebut sang perampok kemudian akhirnya masuk Islam ditangan si pemilik toko tersebut.

Muhammad Sohail, 47, kala itu tengah bersiap untuk menutup tokonya tepat pada tengah malam ketika tiba-tiba – "terlihat dalam kamera CCTV/pengawas" – ada seorang pria yang datang menghampirinya dengan membawa tongkat pemukul baseball dan meminta Sohail untuk menyerahkan sejumlah uang.

Tidak mau tunduk kepada penjahat tersebut, Sohail langsung meraih senapan shotgun yang diletakkan dibawah laci kasir tokonya. Merasa kalah dalam hal senjata, pria bertopeng tersebut langsung kehilangan nyali, seketika itu dia menjatuhkan tongkat pemukulnya ke tanah dan berlutut memohon ampun sambil menangis.

Perampok tersebut mengatakan bahwa dia terpaksa merampok untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang tengah kelaparan.

"Tolong jangan panggil polisi, jangan tembak saya. Saya tidak punya uang, saya tidak punya makanan di rumah saya," tutur Sohail menirukan kata-kata perampok tersebut. "Dia menangis tersedu-sedu seperti seorang bayi kecil," tambah Sohail.
Tidak seperti kebanyakan warga kulit putih AS lainnya yang langsung memanggil polisi jika berada dalam situasi yang seperti itu, sang pemilik toko justru membuka dompetnya lalu mengulurkan uang tunai sebanyak $40 berikut sebungkus roti, namun dengan satu syarat, pria tersebut harus berhenti sama sekali tidak pernah lagi akan merampok.

Seraya memberikan uang Suhail berkata, "Pulanglah.,kembalilah kepada keluargamu!. Terlihat saat menerima uang $40 tersebut, sang perampok tampak sangat terkesima." Perampok itu tertegun atas uang yang ia terima kemudian secara tidak terduga ia mengatakan kepada Suhail bahwa dia ingin menjadi seorang Muslim seperti Suhail.

Suhail dengan disertai rasa takjub kembali berkata, "Apakah kamu serius dengan ucapanmu itu?"

Sang perampok dengan yakin menjawab, "Ya. Saya ingin menjadi muslim sepertimu..!"

Sohail menuturkan bahwa dirinya kemudian meminta perampok tersebut untuk ikut mengucapkan dua kalimat syahadat seperti yang dia ucapkan sembari mengangkat sebelah tangannya, kemudian keadaan tersebut diakhiri dengan berjabatan tangannya sang perampok dan pemilik toko yang akan dirampoknya.

Kemudian Suhail berkata. "Tunggulah di sini sebentar, saya akan ke belakang mencarikan sesuatu untuk anda mungkin terdapat susu di belakang yang juga bisa anda bawa pulang." Namun ketika Sohail kembali, sang perampok sudah meninggalkan toko.

Setelah beberapa bulan kemudian, sang Rampok mengirim surat kepada Suhail dan di dalam surat berisi uang 40 Dollar dengan maksud mengembalikan uang yang telah diberikan Suhail sewaktu dirampoknya.

Isi judul surat itu menyebut "Your Change My Life", Maksudnya bahwa Suhail telah mengubah hidup sang Perampok. Walau pada kenyataannya, Suhail tak pernah tahu dan mengenal siapa pria yang telah merampoknya itu.

Di akhir Surat, Sang mantan rampok itu mengakhiri coretan suratnya dengan "by Your Muslim Brothers" (dari Saudara Semuslim Anda), sang mantan perampok benar telah menjadi Muslim. Subhanallah...

Simak Video:


Lihat Video berkaitan : disni


Ahli Fisika Ini Jadi Muallaf karena Matahari


Namanya Demitri Bolykov, seorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika. Sungguh suatu yang sangat ilmiah, bagaimanakah fisika bisa mendorong Demitri Bolyakov masuk Islam?

Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika.

Mereka sedang dalam penelitian terhadap sebuah sampel yang diuji di laboratorium untuk mempelajari sebuah teori moderen yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Mereka berhasil menetapkan teori tersebut.

Akan tetapi Demitri mengetahui bahwasanya diriwayatkan dalam sebuah hadis dari nabi saw yang diketahui umat Islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan keharusan teori tersebut ada, sesuai dengan hasil yang dicapainya. 

Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini, yang umurnya lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semesta ini.

Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan , ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.

Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya.

Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya insensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung.

Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun.

Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.

Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.

Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam.

Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima tobatnya."


Pendeta AS ini Shalat, Baca Qur'an dan Berpuasa Ramadhan



ATJEHCYBER | Bulan Ramadan ternyata tidak hanya dijalani oleh umat Muslim. Fadhilah puasa dirasakan juga oleh umat non-muslim lainnya. Karena itu, di sejumlah negara, meskipun sangat jarang, terdapat umat non-muslim yang ikut menjalani ibadah Ramadan seperti puasa.

Seorang rohaniwan Kristen Methodist di Dallas, Amerika Serikat, memutuskan ikut berpuasa bersama umat Muslim dalam Ramadan tahun ini. Upayanya dilakukan untuk memahami makna Ramadan yang diagungkan Islam, serta untuk menjalin solidaritas antara umat beragama di Amerika.

Adalah pendeta Wess Magruder yang melakukan hal ini. Dia melakukan seluruh laku umat Islam dalam berpuasa, termasuk makan sahur dan berbuka bersama. Sampai saat ini, dia telah sukses melakukan puasa sejak hari pertama Ramadan.
Seluruh pengalamannya dituangkannya di blog pribadinya, www.newmethofesto.com. Dalam blognya, dia mengatakan bahwa berpuasa di bulan Ramadan membuatnya memahami karunia Tuhan. Terpenting lagi, salah satu alasan untuknya ikut berpuasa, yaitu cinta kasih sesama.

“Saya merasa sebuah “Ilham” telah datang kepada saya selama berpuasa,” tulis Magruder di blognya. Dalam blognya juga, seperti diberitakan Examine.com, Magruder mengakui belakangan ini dia kurang bersemangat dalam menjalani ajaran agama. Namun setelah menjalani puasa di bulan Ramadan, dia kembali merasakan getaran-getaran spiritualitas di jiwanya.


"Ini (puasa) membuat saya sadar Allah, kehadiran Allah, kehendak Allah yang menjelma menjadi nyata di dunia. Dan ketika sesuatu yang lain tidak terjadi di hadapan saya, puasa mengingatkan saya untuk berbicara kepada Tuhan," tulis Magruder dalam blognya.



Seperti yang dilansir PressTV, Jumat (10/8/2012), Magruder memilih Islam sebagai sumber inspirasi blognya karena dia tahu bahwa umat muslim berhasil menjalankan puasa 30 hari setiap tahunnya dan hal ini telah berjalan lebih dari 1400 tahun.

Tidak hanya absen makan dan minum, puasa juga absen dari melihat, mendengar dan berkata yang tidak baik. "Saya mencoba untuk menjaga mata, dan sadar bahwa mata saya ternyata jelalatan. tidak hanya itu, budaya kita juga dipenuhi oleh gambar-gambar orang-orang berpakaian minim. Mereka di televisi, billboards, majalah, di mal, dimana-mana!" tulis Magruder.

Menjalani puasa Ramadan juga membuatnya mengenang kembali ibadah Kristen yang mulai ditinggalkan dan menjadi asing di Amerika. Menurutnya, umat Kristen terdahulu telah melakukan puasa dalam beberapa acara peribadatan.

"Umat Kristen terdahulu menjalani puasa, terutama sebelum Komuni Suci dan pembaptisan. Selama ini, gereja berpuasa selama 40 hari sebelum Paskah. Disiplin puasa menjadi bias saat reformasi Protestan, tapi John Wesley mengembalikan tradisi ini melalui kebangkitan Methodist," tulis Magruder dalam tulisannya berjudul "Hari ke-4 Ramadan: Puasa Sangat Tidak Amerika."

“Saya merasa sangat senang dan beruntung sekarang,” tulis Magruder, yang telah berhasil berpuasa dari terbit fajar sampai matahari terbenam. Dalam blognya, Magruder mengundang semua orang Kristen untuk mencoba pengalaman berpuasa, walaupun hanya satu hari.

Banyak Diapresiasi

Awalnya, tulisan Magruder di blog pribadinya menjadi konsumsi pribadi dan jemaat saja. Namun, ternyata banyak pembaca dari kalangan Kristen dan Islam di seluruh Amerika dan seluruh dunia yang mengapresiasi tulisannya. 
Terbukti dari banyaknya komentar yang mendukung, bahkan memberinya tips mengatasi lapar dan haus saat puasa. Berbagai undangan berbuka bersama juga diterimanya. Selain itu, tulisannya ini juga semakin mendekatkannya dengan sahabat-sahabatnya umat Muslim di Dallas, salah satunya Sheikh Yaseen, imam di Islamic Center Dallas.

Beberapa bahkan menyampaikan pandangannya soal toleransi beragama di seluruh dunia. Jadilah kolom komentar blog Magruder sebagai ajak dialog lintas agama yang konstruktif.

"Saya melakukan ini bukan untuk saya sendiri, tapi untuk kawan-kawan saya yang Muslim. Sejujurnya, saya terganggu dengan pandangan beberapa orang Amerika dan perlakuan mereka terhadap Muslim, terutama pasca tragedi 9/11. Saya ingin membantu mengubah persepsi dan menghilangkan penilaian buruk," tulis Magruder.



Kisah Muallafnya Seorang Wanita Pekerja Laundry karena Celana Dalam



Mungkin kedengaran aneh dan janggal. Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk islamnya seorang non muslim kedalam islam di sebabkan hal-hal luar biasa dan penting. Seperti dokter Miller seorang penginjil Kanada yang masuk islam setelah menjumpai I'jaz Qur'an dari berbagai segi.Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Ya, masuk islam gara-gara pakaian dalam!

Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris termasuk pakaian dalam mereka.

Tidak ada sisi menarik pada wanita ini, tua renta, pegawai rendahan dan hidup sendirian. Setiap kali bertemu dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor. Untuk pekerjaan kasar seperti ini penghuni rumah jompo ini terbilang cekatan di usianya yang sudah terbilang uzur. Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota keluarga lansia biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu saja keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar hati agar tidak membebani anak mereka. Namun di tengah kondisi seperti itu sepertinya tidak membuat kecil hati tokoh kita ini yang justeru begitu getol mengisi hari-harinya bergelut dengan cucian kotor.

Wanita baya itu lebih suka dipanggil auntie atau bibi. Dia sudah bekerja sebagai petugas laundry hampir separuh usianya. Beruntung baginya masih ada instansi yang bersedia mempekerjakan para manula.

“Aku merasa dihargai meski sudah tua. Lagipula, orang-orang seperti aku ini sudah tidak ada yang mengurus, kalau bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing. Suamiku sudah meninggal. Walaupun anak-anak suka menjenguk, tapi aku tetap ingin punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua,” ujarnya

“Bukan untuk kerja yang berat memang, tapi setidaknya, selain menambah penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu lebih baik daripada harus tinggal diam di panti jompo.” Ujarnya lagi dengan wajah sendu.

“Sedih juga kalau harus tinggal sendirian. Seperti seorang temanku. Dia juga dulu bekerja sebagai petugas laundry bersamaku. Sampai akhirnya, anak perempuan satu-satunya menikah. Namun setelah menikah, anak perempuannya itu tidak pernah menghubunginya,” bibi berkisah.

Bagi sang Bibi profesinya sebagai petugas laundry justeru membuatnya lebih dekat dengan sepak terjang, liku-liku penghuni asrama yang rata-rata adalah mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul kebiasaan para mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari, adalah pergi clubbing sekedar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, café, ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik dan fasilitas olahraga sendiri.

Dan salah satu sisi negatif pergaulan dengan orang Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasalah mereka sampai benar-benar mabuk. Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi. Muntah merata di sebarang tempat, kencing dalam celana dan sebagainya. Inilah perbuatan paling bodoh yang pernah dilakukan oleh manusia sejak terciptanya minuman beralkohol. Bukan saja menghilangkan akal sehat, tetapi juga si pemabuk akan merasa kelelahan dan sakit kepala yang teramat sangat (hangover).

Saat para penghuni asrama masih dibuai mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk. Tinggalah sang Bibi memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan terkadang harus diangkut dari kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian disortir dengan teliti satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna dan yang lebih spesifik lagi dipisahkankannya pakaian dalam dari yang lain. Begitu pekerjaan rutin itu dilakukan dengan penuh dedikasi tinggi walau diujung usianya yang semakin menua.

Waktu terus berjalan, sementara sang Bibi tanpa putus asa terus bergelut dengan ‘dunia kotor’nya. Idealnya di penghujung usianya itu seharusnya masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Namun situasilah yang menyebabkan dia harus menanggung berbagai persoalan hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut harus banyak berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun ia justru dituntut untuk berproduksi tinggi.

Entah sampai kapan dia harus melakoni pekerjaan itu. Maka sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Mereka sudah terdaftar akan menempati salah satu kamar di asrama tempat sang Bibi bekerja.

Bagi kebanyakan pelajar timur tengah sangat langka memilih tinggal di asrama. Mereka biasanya membeli rumah atau flat yang sudah disesuaikan untuk menampung kelompok kecil siswa, pasangan atau keluarga. Ada juga beberapa pemilik tempat perorangan mengijinkan rumah-rumah mereka dikelola dan disewakan.

Tinggal di asrama merupakan cara terbaik untuk bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng. Inilah salah satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama. Kesadaran inilah yang menepis kekhawatiran akan terjadinya gegar budaya atau “cultural shock“.

Hidup dalam komunitas non muslimlah justeru kita dituntut untuk membuktikan nilai-nilai Islam yang tinggi ini sebagai sebuah solusi bagi manusia. Tentunya ini adalah pekerjaan dakwah yang merupakan tanggungjawab setiap muslim dimana saja berada. Dengan tetap menjaga keistimewaan kita sebagai muslim yaitu kesalehan.

Hari-hari terus berlalu, tampaknya si Bibi ini betul-betul perhatian dengan apa yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini pakaian si A, ini si B dan seterusya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor milik mahasiswa dari Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian dalam, si Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaian muslim arab saja yang terlihat tidak kotor, tidak berbau, tidak kumuh dan tidak banyak noda dipakaiannya.

Kejadian langka ini semakin mendorong rasa penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci pakaian di asrama ini selalu merasa aneh saat mencuci celana dalam mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam mereka selalu tak berbau.

Maka masih dalam keadaan penasaran, si Bibi memutuskan bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat ditanya kenapa. Dua orang ini menjawab, ”Kami selalu istinja setiap kali kencing.” Pencuci baju ini bertanya lagi, ”Apakah itu diajarkan dalam agamamu?”

“Ya!” Jawab dua orang pelajar muslim tadi.

Merasa belum yakin 100 persen dengan jawaban itu, akhirnya si Bibi datang menemui salah seorang tokoh muslim yaitu Doktor Sholeh– Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris– Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’.

Ada beberapa pakaian dalam yang tidak berbau seperti kebanyakan mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.

Betapa terkesan ibu tua ini jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan apatah lagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam dengan perantaraan pakaian dalam!

Tidak disangka ternyata diam-diam si tukang cuci masuk Islam, gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut, yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab musabab si Bibi masuk islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat kagum dengan kawan muslim Arab ini, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak macam-macam. Dan dengan hidayah Allah Swt, dirinya dapat membedakan antara pakaian seorang muslim dan non muslim.

Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk Islamnya seorang non muslim ke dalam Islam lebih disebabkan pada hal-hal luar biasa dan penting. Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Mendapat hidayah di penghujung usia gara-gara pakaian dalam! Sungguh takdir Allah benar-benar telah jatuh berketepatan dengan kegigihannya selama ini mengisi hari-hari di sisa hidupnya sebagai petugas laundry. Disinilah letak rahasia nikmat Allah yang agung yang mempertemukan antara takdirNya dan ikhtiar manusia. Sungguh Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal seorang hambaNya.

(Di kutip dari: Majalah Al-Qawwam edisi 15, dzul qa'dah 1427 H Badiah, Riyadh ) 

Sumber

Salahkah Bertanya, Mengapa Nabi Adam tidak Disebut Anak Tuhan?




"Setelah aku mati, apa yang terjadi selanjutnya,” demikian pertanyaan Katlin Hommik-Mrabte sewaktu usia tiga tahun. 

Ayahnya yang mendengar pertanyaan kritis itu spontan terkejut. Ia tidak bisa menjawabnya. Sebab, selama Estonia bergabung dengn Uni Soviet, keimanan merupakan hal yang tabu. Hal itu masih tertanam dalam benak warga Estonia hingga negara itu memperoleh kemerdekaannya.

Katlin besar di Estonia. Sedari kecil, ia dididik bahwa Tuhan itu tidak ada. Sekalipun ada, bayangan itu terbatas yakni hanya berupa sosok berjubah putih, dengan janggut panjang. Selebihnya tidak ada bayangan sama sekali. ” Setiap kali, aku bertanya soal Tuhan. Ayah tampak diam seribu bahasa. Ia tidak bisa menjawabnya,” kenang Katlin.

Meski tidak mendapatkan jawaban, Katlin percaya adanya sosok Tuhan. Ia mungkin tidak tahu siapa sosok itu, dan dimana ia berada. Namun, dalam pemahaman Katlin, ketika ia berbuat baik maka perbuatan baik itu bukan untuk orang tuanya melainkan untuk Tuhan. Karena menurut Katlin, Tuhan itu selalu mengawasinya sementara orang tuanya tidak sama sekali.

Sepulang dari sekolah, Katlin diajak sang ayah untuk melihat neneknya. Ia lahir ketika Republik Estonia berdiri. Ia merupakan penganut Kristen yang tersisa. Oleh neneknya, Katlin diajarkan nama dari sosok yang dicari yakni Tuhan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “Ia mengajariku doa dalam kepercayaan Kristen. Sejak itu, benuh-benih keimananku mulai tumbuh,” kata dia.

Pada usia 11 tahun, ia mengikuti sekolah minggu. Yang mengecewakan Katlin, setiap pertanyaan yang terlontar tidak mendapat jawaban. Ia bahkan dianggap terlalu banyak bertanya. “Aku tidak memahami mereka. Apakah salah bertanya, mengapa Nabi Adam AS tidak disebut anak Tuhan. Meski ia tidak memiliki seorang ibu atau ayah,” kata dia.

Memasuki usia 15 tahun, Katlin mulai mendalami Kristen secara mandiri. Awalnya, ia menganggap dirinya Kristen. Tapi, ia memahami bahwa sulit untuk menggatakan dirinya seorang Kristen apabila banyak hal dari ajaran Kristen yang tidak ia pahami. “Saat itu,aku mulai mencari sesuatu yang lain,” kata dia.

Setelah belajar berbagai jenis agama akhirnya Katlin menemukan Islam. Butuh waktu lama, bagi Katlin untuk mempelajari Islam. Di sisi lain, banyak orang yang menanyakan putusannya menjadi muslim. Setiap pertanyaan itu, membuat dirinya merasa dilema. “Sebenarnya siapa aku. Butuh tiga tahun hingga akhirnya aku mengatakan dengan lantang bahwa aku seorang muslim,” tegasnya.

Tepat di usia 21 tahun, Katlin memeluk Islam. Selanjutnya, ia jalani puasa pertama. Ia tempa dirinya dengan baik sehingga memperkuat keimannya. Ia merasakan bagaimana tidak makan dan minum seharian layaknya orang tidak mampu. Ramadhan mendidiknya untuk merasakan penderitaan orang lain, hingga akhirnya ia temukan kesempurnaan dan kebenaran.

“Sebagai muslim, kita benar-benar diberkati. Di bulan Ramadhan, setiap muslim dididik menjadi lebih baik. Insya Allah,” pungkas dia. 


Sumber

'Ayat-ayat Cinta' Jadikan Gadis Aceh ini Seorang Mualaf


Nur Masyitah Fitria Ramadhani/Yong Sui Kim, Muallaf Aceh | foto:atjehpost.com



KETEGUHAN Fachri dalam film Ayat-ayat Cinta ternyata tidak hanya berhasil membuat Maria yang diperankan oleh Carissa Putri jatuh cinta pada Islam, tetapi juga telah menggugah hati Yong Sui Kim untuk menemukan jalan kebenaran di dalam hidupnya.

Yong Sui Kim adalah gadis keturunan Cina berusia 18 tahun yang dilahirkan di Meulaboh, Aceh Barat, 12 April 1994. Kedua orang tuanya, Darman (alm.) dan Paulina, merupakan penganut agama Budha. Sejak kecil, Yong Sui Kim, yang kini beralih nama menjadi Nur Masyitah Fitria Ramadhani, ini hidup dalam ajaran agama Budha.

Sebelum menjadi muslim, Yong Sui Kim memiliki nama Indonesia Santi. Setelah menjadi muslim, ia lebih suka dipanggil dengan nama mualafnya karena menurutnya memiliki arti yang sangat indah, yaitu cahaya keteguhan Masyitah di bulan Ramadan menjelang hari yang fitri.

Orang tuanyalah yang mengajarkan agama Budha kepadanya sejak ia kecil. Namun, semua yang diajarkan oleh orang tuanya itu pelan-pelan bergejolak setelah ia menonton film Ayat-ayat Cinta yang diperankan oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, dan Carissa Putri. Gejolak tersebut kemudian menjadi perasaan yang menggebu-gebu dan mendorong jiwanya untuk pindah keyakinan.

“Sebenarnya, sudah dari kelas 2 SMP Syitah tertarik masuk Islam, tapi masih tertunda, takut putus sekolah gara-gara masuk Islam. Jadi, niatnya ditunda dulu dan selama masa penundaan itu, Syitah mendalami lagi tentang Islam,” ujar gadis bermata sipit yang dipanggil Syitah sperti diliris The Atjeh Times.

Perasaan itu terus ia pendam sampai beberapa tahun kemudian. Hingga akhirnya, saat kelas 3 SMA bertepatan dengan 27 Ramadan 1431 Hijriah atau 2010 Masehi, ia memutuskan mengucap dua kalimat syahadat untuk mengukuhkan keislamannya.

Sebelum menjadi Muslim, ia sudah mempelajari tentang akhlak Islam, tentang halal haram, serta tentang perintah untuk berpuasa. “Syitah pernah coba berpuasa selama beberapa hari. Syitah tahu kalau puasa Syitah tersebut tidak diterima dan tidak ada pahalanya, tapi itu memberikan kebahagiaan sendiri bagi Syitah,” ujarnya. Untuk itu, ia pun menyimpan makan siangnya untuk berbuka dan makan malamnya untuk makan sahur.

Selain itu, gadis berkulit kuning langsat yang kini kuliah di Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala ini sudah menyadari konsekuensi yang ia terima. Ia pun sudah siap dengan berbagai ketentuan dalam Islam yang harus dilakukan oleh seorang Muslim.

Menjadi mualaf bukan berarti kehidupan Masyitah masih berjalan seperti biasanya. Ia sempat merahasiakan keislamannya pada orang tua dan kerabatnya. Untuk salat, ia terpaksa melakukannya secara sembunyi-sembunyi di dalam kamarnya.

Namun, serapat apa pun Yong Sui Kim menyembunyikan keislamannya, sang ibu akhirnya mengetahui juga. Ia mengatakan, intervensi dari keluarganya begitu besar. Oleh sang ibu ia diminta kembali memeluk agama Budha.

“Akhirnya, Syitah mengaku, tapi Syitah bilang tetap ingin menjadi Muslim. Kalau keluar lagi, namanya murtad. Mama bisa melarang Syitah apa saja, tapi mama tidak bisa melarang Syitah untuk selalu menyembah Allah,” ungkapnya.

Setelah itu, ibundanya tak pernah lagi melarang Masyitah melakukan ritual ibadah sebagai seorang muslim. Namun, bukan berarti ia rela putrinya itu menjadi seorang muslim. Ia tak pernah bosan menyuruh Masyitah untuk menanggalkan kerudungnya. Bahkan, pernah kerudung yang dipakainya ditarik, lalu dilempar, dan diinjak-injak oleh ibunya.

“Tapi, Syitah tidak terbebani dengan apa yang terjadi dalam hidup. Semua ini jadi plong ketika Syitah mengadu dan berserah diri kepada Allah,” ujarnya sambil tersenyum. Menurutnya, hal yang paling disenangi setelah ia berislam adalah saat ia diliputi kemurungan dan kegundahan, terutama saat teringat pada keluarganya. Ia bisa bercerita kepada sang Pencipta dalam sujud salatnya.

Baginya Islam adalah berkah luar biasa yang pernah ia rasakan. Baginya agama Islam bukan sekadar mengajarkan seseorang untuk hidup, tetapi juga semuanya jelas siapa yang harus disembah, berada di mana seseorang setelah kehidupan berakhir, dan amalan-amalan apa yang harus dicari sebagai bekal kelak, semuanya sudah jelas.

Mengenai takdirnya ini, dengan bijak Yong Sui Kim mengatakan jika semua orang sudah mempunyai garis takdir masing-masing. “Dan kali ini takdir Syitah menuju kebaikan tersangkut di Ayat-ayat Cinta,” ujarnya.[]


Sumber

Pastur Itu Mengenal Islam dari Bocah Penyemir Sepatu






Idris Tawfiq, seorang pastor di Inggris yang akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat sikap kelemahlembutan serta kesederhanaan pemeluknya.

Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya, ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain sebagainya.

Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.

Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut, toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi agama lainnya.

Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem. Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam hidupnya.

”Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya. Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat kuat,” terangnya.

"Perkenalan saya dengan Islam datang dari seorang anak kecil di jalanan di Kairo, membersihkan sepatu dengan sandal jepit di kakinya. Dia melihat kulit putih saya dan menyapa saya dengan assalamu alaikum. Selama 40 tahun di Inggris, saya pernah melihat Muslim; saya melihat mereka di jalan-jalan, dan saya catat apa yang televisi katakan pada saya tentang Muslim yang akan memotong tangan saya atau memukuli para wanita; tapi anak kecil itu sungguh membuka jendela yang lain tentang Islam. Setelah saya menjadi Muslim beberapa tahun kemudian, saya katakan pada audiens saya di Manchester Metropolitan University tentang anak itu. Saya memberitahu mereka bahwa pada Hari Penghakiman ia akan mendapatkan kejutan dalam hidupnya."

”Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada suara panggilan shalat (azan–Red), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya,” terangnya.

Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. ”Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam. Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam,” tegasnya.

Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan: ‘ Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang Yahudi dan Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, ”Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Al-Maidah ayat 82).

Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan akhirnya menerima Islam.

Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.

”Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim,” ujarnya.

Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. ”Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim,” papar Tawfiq.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun. ”Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran).” (Qs.Al-Maidah ayat 83).

Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut.

Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

”Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris. Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun mengecamnya dengan sebutan teroris,” kata Tawfiq.

Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. ”Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?” Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.

Masuk Islam

Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di sana berbicara dengan Yusuf Islam (Cat Steven) tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri bertanya pada Yusuf Islam. ”Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?”

Yusuf Islam menjawab. ”Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan,” ujar Yusuf.

Tawfiq berkata, ”Semua itu sudah pernah saya lakukan.”

Yusuf berkata, ”Lalu apa yang Anda tunggu?”

Saya katakan, ”Saya masih seorang pemeluk Kristiani.”

Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang, dan menunggu hingga selesai shalat.

Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. ”Saya lalu berteriak, kendati dalam hati. ”Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.” Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam. Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam. Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum.

Ia meminta Yusuf Islam mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat. ”Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.” Saya bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.

Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih, tapi bahagia. Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia tidak menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.

Seperti diketahui, Idris Tawfiq memperoleh gelar kesarjanaan dari University of Manchester dalam bidang sastra, dan gelar uskup dari University of Saint Thomas Aquinas di Roma. Dengan gelar tersebut, ia mengajarkan pandangan Katholik pada jemaatnya. Namun, akhirnya ia beralih mengajarkan Islam kepada masyarakatnya. Selama bertahun-tahun, Tawfiq mengepalai pusat Studi keagamaan di berbagai sekolah di Inggris dan Wales, sebelum dia masuk agama Islam.

”Dulu saya senang menjadi imam (pastor–Red) untuk membantu masyarakat selama beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah pada saya, sehingga saya semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di gereja. Saya percaya, kejadian (Islamnya–Red) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu saya,” terangnya.

Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan

Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan Islam, ia berkata: ”Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah, tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.”

Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah, mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim yang baik. ”Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,” terangnya.

Penceramah dan penulis

Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat. Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati, serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku tentang keislaman.

Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.

Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-Muslim.

Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan untuk website www.islamonline.net dan www.readingislam.com.

Dia menulis artikel mingguan di Mesir Mail, koran tertua Mesir berbahasa Inggris, dan Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University. Dia adalah pengarang sejumlah buku. Antara lain, Dari surga yang penuh kenikmatan: sederhana, pengenalan Islam; Berbicara ke Pemuda Muslim; Berbicara ke Mualaf. Selain itu, ia juga menjadi juru bicara umat Islam di Barat. Ia juga banyak berceramah melalui radio dan televisi.